YOSHH...
bagaiaman kabar kalian? rindu dengan admin501? tenang,,tenang....admin kesayangan kalian ini kembali, dan tentunya membawa sebuah kabar gembira (bukan tentang ekstrak manggis yahh). JAHAHAHA
Lanjut aja dah, mau tau kabar menghebohkannya apa? mau tau? mau tau? Itu kabar mengenai konflik re-branding jogja. tadaaa....
Kita semua tau bahwa Pemerintah Daerah (pemda) Daerah Istimewa Yogyakarta pada oktober tahun lalu (2014) mengadakan sayembara re-branding Jogja. Yang awalnya dengan branding, JOGJA Never Ending Asia. Sayembara ini tidak tanggung-tanggung memasang hadiah 200 juta, yahh memang kalau sesuatu yang berhubungan dengan branding, pasti mahal. Yupp,, 200 juta untuk 10 penyumbang logo terbaik.
Tapi, 200 juta bukanlah bahasan kita kali ini, tapi mengenai konflik desain awal re-branding Jogja. Sampai-sampai, sebuah komuniatas didirikan, Komunitas #JogjaDaruratLogo, diduga para perancang grafis branding Jogja sebelumnya, memprotes. Protes itu dengan alasan bahwa desain dinilai tidak mencerminkan Jogja dan karakter huruf tidak mengesankan Yogyakarta yang identik dengan ketradisionalan dan keraton. Ini admin beri gambar, desain penuh protes itu.
logo re-branding jogja "TOGUA" yang menuai banyak protes dari desainer indonesia
“Yang kami lihat desain malah lebih modern, tidak mencerminkan kalau Yogyakarta adalah kampung dan Keraton,” kata konsultan komunikasi visual, Sumbo Tinarbuko, di Yogyakarta, Jumat, (31/10).
Menurut Sumbo, konsep logo itu sudah bagus. Sayangnya logo itu kurang dari sisi visual karena kesan Yogyakarta yang berbudaya dan Keraton tidak muncul. “Bahkan kami lihat kesannya lebih modern,” ujarnya
Ia merinci, logo tersebut lebih menjadi gambaran tentang sebuah hotel di Yogyakarta. Huruf “J” pertama yang kapital tampak seperti huruf “T”. Huruf “j” kedua tampak seperti huruf “u”. Akibatnya, kata “Jogja” pada logo itu tampak terbaca “Togua”.
Sumbo mengaku telah memprakarsai gerakan untuk mengoreksi rancangan grafis logo baru itu, yang disebut Komunitas Jogja Darurat Logo, terdiri atas sejumlah seniman dan desainer grafis di Yogyakarta. Gerakan itu murni untuk memperbaiki demi tetap terjaganya citra Yogyakarta sebagai kota budaya.
“Komunitas Jogja Darurat Logo sedang menyiapkan pembacaan ulang logo, dan kemudian akan diserahkan kepada Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda), “ ujarnya.
Nah, dengan keputusan itu, akhirnya Logo baru Jogja “Jogja Istimewa” dipilih oleh Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengkubuwono X untuk menggantikan logo Jogja berwarna hijau dengan tagline “Never Ending Asia” selama 13 tahun. Pengumuman logo baru Jogja dihadiri langsung oleh Sultan bersama tim sebelas bentukan Pemerintah Daerah (Pemda) DIY, Kamis (5/2/2015).
Ketua Tim Sebelas, Herry Zudianto atau akrab dipanggil HZ mengatakan, pihaknya telah menyelesaikan tugasnya untuk menyaring 2.000 logo dan tagline yang diusulkan oleh warga. Hari ini (5/2/2015) adalah pengumuman logo Jogja baru yang digadang-gadang menjadi semangat rennaisance atau 9 Gumregahnya Jogja yang telah dicanangkan oleh Sultan.
“Banyak desain logo yang masuk itu menunjukan daya cinta masyarakat terhadap Yogyakarta. Mereka tidak tertarik pada hadiah yang besar”. ujar HZ, Kamis (5/2/2015).
Dalam peluncuran logo baru Jogja hadir Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengkubuwono X, Hermawan Kertajaya, Ketua Tim Sebelas Herry Zudianto, Noor Arief ‘Dagadu’, Ong Hari Wahyu, Marzuki ‘JHF’, dan Kepala Bappeda DIY, Tavip Agus Rayanto. Warna yang dipilih pada logo Jogja yang baru berwarna merah dengan latar belakang putih menujukan kesan egaliter.
Launching logo Jogja “Jogja Istimewa” telah dinantikan oleh masyarakat Jogja untuk menggantikan logo Jogja berwarna hijau dengan tagline “Never Ending Asia”. Logo Jogja baru sempat menjadi tentangan oleh masyarakat Jogja saat logo Jogja yang dibaca “TOGUA” muncul menggantikan logo Jogja lama. Kini logo Jogja baru telah diluncurkan dan dapat digunakan untuk rebranding Jogja kedepan.
Penasaran logo seperti apa itu? Nih, admin beri...
jadi, mungkin cuman itu yang admin infokan dalam kesempatan ini.
Dan tetap ingat bahwa desain itu sangatlah luas, teknik menggambar hanyalah salah satu bagian terkecil dari desain, dan tentunya desain berarea kerja pada KONSEPSUAL. Namun, walaupun menggambar merupakan bagian terkecil dari desain, menggambar jangan dianggap enteng yahh. Camkan itu. JAHAHAHAHA
Sampai jumpa pada postingan admin501 berikutnya. Salam hangART